Lombok Barat – Ketua Gugus 4 Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Bahrudin, akhirnya buka suara ihwal kejadian belasan siswa SDN 1 Selat, yang mengalami keracunan selepas mengkonsumsi Makan BerIgizi Gratis (MBG) kemarin. Ia menyebut, kejadian itu dikarenakan penyaluran program tersebut terdapat masalah.
Menurut dia, makanan yang didistribusikan kerap dalam kondisi dingin bahkan basi, sehingga memicu kasus keracunan siswa. Sejak program MBG dimulai pada 19 Agustus 2025, lanjutnya, keluhan dari guru dan wali murid terus bermunculan.
“Semua makanan yang datang itu sudah dalam keadaan dingin, bahkan ada yang sampai sekolah dalam kondisi basi,” kata Bahrudin, Jumat (5/9/2025).
Ia menyebutkan, kasus keracunan terjadi di dua sekolah, yakni SDN 1 Selat dengan 17 siswa terdampak dan SDN 2 Nyur Lembang dengan 2 siswa, dinilainya karna MBG.
“Besar dugaan kita memang akibat makanan dari program MBG ini,” ujarnya.
Menurut Bahrudin, persoalan utama terletak pada proses distribusi yang terlalu lama. Sebab, makanan untuk MBG tersebut mulai dimasak pada pukul dua dini hari, sementara siswa menerima dan mengkonsumsinya pada pukul sembilan pagi.
“Artinya, makanan sudah dibungkus dan disimpan berjam-jam sebelum dikonsumsi,” tegasnya.
Ia menilai, pola distribusi seperti itu justru membahayakan kesehatan siswa. Menurutnya, jika pola ini terus dilanjutkan, siswa bukannya mendapat gizi, namun malah berisiko keracunan.
Bahrudin juga menyoroti lemahnya pengawasan kualitas makanan di sekolah, yang sehatusnya dilakukan pemeriksaan makanan kembali. Pasalnya, pemeriksaan makanan hanya dilakukan saat masih diolah (di dapur pembuatan MBG).
“Padahal di titik itulah makanan seharusnya lebih dipastikan kelayakannya,” ungkapnya.
Dengan kondisi ini, ia mengusulkan agar pemerintah membuat cabang dapur di beberapa titik agar distribusi lebih cepat dan makanan tetap segar.
“Di Desa Narmada saja, satu dapur harus melayani 3.500 siswa. Ini jelas tidak efektif,” pungkasnya.(cw-buk)
Comment