Mataram – Rencana pembangunan kereta gantung menuju kawasan Gunung Rinjani oleh PT Indonesia Lombok Resort terus bergulir. Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) kini memasuki tahap pembahasan di Kementerian Kehutanan.
“Prosesnya (Amdal) udah hampir tahap pembahasan tapi masih beberapa yang perlu direvisi, seperti bagaimana penyelamatan penumpang apabila ada kejadian kecelakaan atau berhenti di tengah jalan, itu belum kita serahkan ke kementerian. Targetnya setelah Amdal jadi kita langsung mulai,” ujar Humas PT Indonesia Lombok Resort, Ahui usai bertemu Gubernur NTB pada Kamis, (14/8/2025).
Ahui mengungkapkan bahwa Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal memberikan dukungan terhadap proyek ini, namun dengan catatan agar faktor sosial dan kelestarian lingkungan menjadi perhatian utama.
“Intinya dari Pak Gubernur sangat mensupport kereta gantung ini, tetapi juga memperhatikan faktor sosialnya, lingkungan hidupnya juga kita benar-benar perhatikan,” ujarnya
Salah satu masukan Iqbal, kata Ahui, agar proses pembangunan meminimalisir dampak terhadap lingkungan. Sehingga Iqbal menyarankan pembangunan dilakukan melalui jalur udara, yakni menggunakan helikopter.
“Pak gubernur sangat menginginkan kalau proyek kereta gantung ini dibangun pakai helikopter, karena kalau melalui jalan bisa merusak lingkungan,” sebutnya.
Namun, ujar Ahui, pembangunan melalui jalur udara akan menelan biaya yang cukup mahal dan menguras waktu cukup lama. Sehingga pembangunan lewat darat cukup realistis namun berdampak kepada lingkungan.
“Faktor untuk pembangunan kereta gantung itu banyak, yang pertama kalo dari udara itu lambat kerjanya udah gitu biayanya juga besar. Kalo lewat darat itu kita lebih cepat tapi nanti rusak lingkungan,” jelasnya.
Sehingga demikian, jika pembangunan jalur darat dipilih, maka akan dibuat akses menuju lokasi proyek, guna sebagai jalan inspeksi dan jalur evakuasi bila terjadi keadaan darurat seperti bencana alam.
“Jadi kita bangun jalan untuk akses, tapi akses itu bukan untuk kereta gantung saja, tapi pertama untuk material, yang kedua untuk penyelamatan misalnya ada kondisi bencana alam atau apa kita penyelamatan lewat darat, itu jalan inspeksi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ahui menyebut total nilai investasi proyek ini mencapai Rp 6,7 triliun, dengan pembangunan kereta gantung sendiri memakan biaya sekitar Rp 600 miliar. Jika Amdal disetujui, proses konstruksi kereta gantung diperkirakan memakan waktu sekitar dua tahun.
“Nilai investasinya Rp 6,7 triliun. Kalau hanya kereta gantung hanya Rp 600 miliar. Setelah Amdal terbit, itu prosesnya sekitar dua tahun, kereta gantung saja,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata NTB, Ahmad Nur Aulia menegaskan bahwa Pemprov NTB menaruh perhatian serius pada aspek keberlanjutan proyek ini. Menurutnya, pengelolaan lingkungan, sosial, dan budaya harus menjadi bagian penting dari rencana pembangunan.
“Pak gubernur menitikberatkan perlu adanya atensi khusus berkaitan dengan bagaimana pengelolaan lingkungannya, bagiamana pengelolaan sosialnya, dan pengelolaan budayanya,” ujarnya pada Jum’at, (15/8/2025).
Aulia menjelaskan, meski proses perizinan berada di tingkat kementerian, Pemprov NTB tetap memiliki kepentingan agar pembangunan dapat berjalan selaras dengan kepentingan daerah dan warga setempat.
“Sekarang kan prosesnya bukan di provinsi, tetapi di kementerian, cuman tentunya dari sisi provinsi ada kepentingan bagaimana ini benar-benar bisa diintegrasikan dengan kebutuhan masyarakat,” pungkasnya.(cw-ril).
Comment