Lombok Barat – Jejak peradaban Suku Sasak masih terawat di Desa Kuripan Selatan, Kecamatan Kuripan, Lombok Barat. Desa yang berada di kaki Gunung Sasak ini dipercaya sebagai titik awal lahirnya peradaban Sasak di pulau Lombok.
Di desa ini terdapat tujuh petilasan yang menyimpan aksara kuno Sasak, diyakini sudah ada sejak abad ke-9, tepatnya tahun 853 Saka. Petilasan-petilasan itu dipandang sebagai simbol kehidupan awal masyarakat Sasak di Lombok.
“Menurut cerita turun-temurun, penamaan Gunung Sasak menjadi tanda awal peradaban kami. Di abad ke-9, kerajaan Sasak Sasakdhana Prihhan Srih Jayannire hidup berdampingan dengan kerajaan Bali Shri Kesari Warmadewa,” ujar Satriawan, Kepala Desa Kuripan Selatan sekaligus pemangku adat setempat, Minggu (24/8/2025).
Hubungan harmonis itu tercermin dalam kisah perdagangan 40 ekor kerbau antara kedua kerajaan. Sebagai ungkapan terima kasih, kerajaan Sasak menghadiahkan sebuah kentongan kepada kerajaan Bali.
Hingga kini, kentongan itu masih disimpan di Desa Pujungan, Kabupaten Tabanan, Bali, sebagai warisan persaudaraan lintas pulau.
Sejarah hubungan dua kerajaan itu juga terpatri dalam aksara di petilasan Gunung Sasak. Uniknya, meski masyarakat Kuripan Selatan 100 persen beragama Islam, situs tersebut juga menjadi tempat ritual bagi umat Hindu Bali yang menyebutnya sebagai ritual Aci-aci.
“Ritual ini biasanya digelar setiap akhir panen oleh saudara kita yang Hindu. Kami hidup berdampingan, saling menghargai tradisi masing-masing,” tambah Satriawan.
Bagi masyarakat Hindu, petilasan ini dianggap keramat karena menjadi bagian dari perjalanan spiritual menuju Gunung Rinjani. Sebelum mendaki, umat Hindu diyakini harus terlebih dahulu meminta izin di Gunung Sasak.
Ketua Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) NTB, Wiro Hamdani, menilai ritual Aci-aci bukan sekadar tradisi, tetapi juga sarat nilai budaya leluhur Sasak.
“Ini cerminan kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan hidup dan spiritualitas. Ritual Aci-aci bisa menjadi daya tarik wisata budaya sekaligus memperkuat identitas Kuripan sebagai desa bersejarah,” ungkapnya.
Kini, ritual tersebut bahkan mulai dikemas sebagai agenda tahunan yang tidak hanya memperkuat ikatan budaya, tetapi juga membuka potensi pariwisata Kuripan Selatan.
Dengan kekayaan sejarah, petilasan sakral, dan panorama alam Gunung Sasak, desa ini menyimpan potensi besar sebagai destinasi wisata budaya religi di Lombok Barat.(cw-buk).
Comment