Peristiwa
Home » Napi Bertato di Lapas Lombok Barat Kini Gemar Gambar Batik-Dipasarkan

Napi Bertato di Lapas Lombok Barat Kini Gemar Gambar Batik-Dipasarkan

Warga Binaan Lapas II A Lombok Barat, saat melakukan kegiatan membatik, Kamis (2/10/2025). (Dok. Buk/Warta1)

Lombok Barat – Di balik tembok kokoh Lapas Kelas II A Lombok Barat, kreativitas justru menemukan ruang hidupnya. Sejak 2022 lalu, sebuah program pembinaan bernama Batik Gembok (Generasi Membatik Lombok) hadir menjadi wadah baru bagi warga binaan. Uniknya, keterampilan yang lahir bukan dari ruang kosong, melainkan dari kebiasaan mereka menggambar tato sebelum masuk lapas.

Kepala Lapas Lobar, M. Fadli, bercerita bagaimana ide ini berawal. Ia menjelaskan, bahwa dari total 1.780 ribu warga lapas, sebagian besar dari mereka memilki hobi menato pada saat masih di luar.

Menanggapi hal tersebut, pihak lapas kemudian mengalihkan hobi para narapidana tersebut dengan menyediakan wadah yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis, dalam hal ini batik.

“Setelah menjadi warga binaan, hobi itu kita alihkan agar lebih bermanfaat dan punya nilai ekonomis. Karena sudah punya dasar menggambar, mereka cepat beradaptasi ketika diminta menggambar motif batik,” jelas Fadli saat ditemui di Lapas, Kamis (2/10/2025).

Mendikdasmen Usul Dapur MBG Diganti School Kitchen Untuk Optimalisasi

Kini, ada 12 warga binaan yang terlibat aktif dalam produksi. Prosesnya dikelola profesional, mulai dari membuat pola, mencanting, pengeringan, hingga pemasaran. Bahkan, motif batik yang dihasilkan pun sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Dua di antaranya menjadi ciri khas, yakni motif Sirkuit Mandalika dan motif Lumbung Lombok.

Batik hasil karya warga binaan ini tak hanya sekadar latihan keterampilan. Produk mereka sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Pernah, batik motif Sirkuit dipakai langsung oleh Plt Sekda NTB dalam kunjungan ke Istana Negara pada Hari Batik Nasional. Batik Lapas juga rutin hadir di ajang MotoGP Mandalika, dipasarkan di NTB Mall, gerai Sasaku, hingga dipamerkan di Car Free Day.

“Produk mereka punya kualitas yang baik, tidak kalah dengan batik masyarakat pada umumnya. Warga binaan kita punya banyak waktu di dalam, tinggal kita fasilitasi agar kreativitas itu bisa bernilai ekonomi,” ujar Fadli.

Tak berhenti di situ, Lapas juga konsisten menyiapkan keberlanjutan program. Warga binaan baru yang memiliki bakat menggambar akan dilatih langsung oleh instruktur dari Pekalongan, salah satu pusat batik terbaik di Indonesia. Dengan begitu, regenerasi pembatik di Lapas terus berjalan.

Lebih istimewa, hasil kerja keras ini tak hanya menghasilkan uang, tetapi juga penghargaan. Warga binaan yang aktif dalam kegiatan batik bisa memperoleh remisi sebagai bentuk apresiasi.

Kejati NTB Gandeng Akuntan Publik Hitung Kerugian Negara Kasus Lahan GTI, Berkas Segera Dilimpahkan ke Pengadilan

“Dengan remisi, mereka makin termotivasi. Dari mulut ke mulut, akhirnya makin banyak warga binaan lain yang ingin ikut serta,” kata Fadli.

Program batik ini sejalan dengan moto pembinaan Lapas, yakni membangun manusia mandiri. Bukan hanya mengisi waktu luang, tetapi menanamkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu berkarya dan diterima masyarakat ketika kembali nanti.

Di momentum Hari Batik Nasional, Fadli mengajak publik untuk memberikan dukungan kepada warga binaan lapas guna menaikkan kembali rasa kepercayaan diri mereka.

“Siapa lagi yang bisa memberi motivasi kalau bukan kita? Dengan dukungan masyarakat, warga binaan akan percaya diri, kembali ke masyarakat dengan bekal usaha, dan memberi andil bagi bangsa,” pungkasnya. (cw-buk)

Perbaiki Masalah, Mendikdasmen Pastikan MBG Jalan Terus

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share