Pemerintahan
Home » PUPR NTB Turun Tangan Usai Warga Tanam Pisang di Jalan Berlubang di Kediri

PUPR NTB Turun Tangan Usai Warga Tanam Pisang di Jalan Berlubang di Kediri

Tim Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Pulau Lombok, Dinas PUPR Provinsi NTB, saat melaksanakan kegiatan pemeliharaan jalan di ruas Kediri–Kuripan, Lombok Barat, Selasa (16/9/2025). (dok. Ist)

Lombok Barat -Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) akhirnya turun tangan menyikapi aksi protes warga Kediri yang menanami jalan rusak dengan pohon pisang di Dusun Bangket Dalam, Desa Kediri Selatan, Kecamatan Kediri, Lombok Barat, Selasa (16/9/2025).

Tim Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Pulau Lombok bergerak melakukan pemeliharaan ruas jalan Kediri–Kuripan dengan fokus pada normalisasi saluran yang tersumbat.

Kepala Dinas PUPR NTB, Sadimin, menegaskan bahwa penyebab utama kerusakan jalan di lokasi tersebut adalah buruknya sistem drainase.

“Fokus utama kegiatan kali ini adalah normalisasi saluran akibat endapan sedimen yang menyebabkan air tidak bisa mengalir dengan lancar. Ke depan perlu dilakukan pembongkaran pelat beton permanen yang menutupi saluran pinggir jalan,” ujarnya, Selasa (16/9/2025).

4.000 Ruang Kelas SMA, SMK dan SLB Rusak di NTB, Disorot Mendikdasmen

Sadimin menjelaskan, ruang milik jalan (rumija) tidak hanya sebatas badan jalan, tetapi juga mencakup bahu jalan, saluran, hingga jalur utilitas. Menurutnya, saluran air memiliki peran vital agar jalan tetap kering dan awet.

Namun kenyataannya, banyak saluran tertutup sedimen, sampah, bahkan pelat beton permanen yang dipasang warga. Akibatnya, air hujan meluap ke jalan, mempercepat kerusakan, dan mengganggu arus lalu lintas.

Kegiatan pemeliharaan yang dipimpin langsung oleh Kepala Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Pulau Lombok ini, lanjut Sandimin, Tim membersihkan endapan tanah dan sampah, sekaligus mengidentifikasi titik-titik yang tertutup bangunan permanen.

“Ketika saluran bersih dan tidak tertutup beton, air hujan dapat mengalir lancar, jalan terlindungi, dan masyarakat bisa lebih aman serta nyaman,” kata Sadimin.

Sebelumnya, warga Dusun Bangket Dalam mengekspresikan kekecewaan dengan menanami pohon di jalan rusak sebagai bentuk protes kepada pemerintah. Aksi tersebut viral di media sosial dan menjadi sorotan publik.

Desa Berdaya Tahap Pertama Sasar 7 Ribu Lebih Keluarga Miskin

Salah satu warga, Irfan Hakim, mengatakan kerusakan jalan tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun. Meski pernah terdengar kabar akan ada perbaikan, namun hingga kini tidak ada tindak lanjut.

“Sampai sekarang belum ada kabar untuk diperbaiki. Malah jalan menuju Praya yang duluan diperbaiki,” ujarnya, Senin (15/9/2025).

Karena tak ada kepastian, tambah Irfan, warga bahkan kerap bergotong royong memperbaiki jalan dengan biaya patungan secara mandiri.

“Kadang warga inisiatif perbaiki sendiri, patungan dan sebagainya, untuk memperbaiki jalan tersebut secara mandiri.” Tegas Irfan.

Selain itu, Wakil Bupati (Wabup) Lombok Barat, Nurul Adha, juga menyoroti persoalan jalan rusak tersebut. Menurutnya, kondisi jalan tersebut memang sudah lama menjadi keluhan masyarakat.

Kejati NTB Periksa Tim Penilai Publik Pada Kasus Korupsi Lahan MXGP Samota

“Jalan yang di Kediri itu jalan provinsi, memang sudah lama keluhan masyarakat. Saya sudah sampaikan ke Pak Gubernur, dan beliau bilang insyaallah di perubahan ini ada anggaran, meskipun hanya Rp400 juta,” jelasnya.

Ia menambahkan, dengan keterbatasan anggaran tersebut, pemerintah akan memprioritaskan perbaikan drainase lebih dulu. Pasalnya, banyak drainase di sekitar jalan yang ditutup oleh warga dan beralih fungsi menjadi teras hingga bengkel.

“Kalau anggarannya hanya Rp400 juta, mungkin drainasenya dulu yang diperbaiki. Saya harapkan masyarakat juga harus ikhlas, karena drainase yang sudah ditutup harus direvitalisasi,” tegasnya.

Ia menilai, rusaknya jalan Kediri bukan semata-mata kesalahan pemerintah, tetapi juga akibat ulah warga yang menutup aliran air. Hal ini menyebabkan air hujan maupun limpasan dari wilayah lain menggenang di jalan dan mempercepat kerusakan.

“Pemda tidak bisa sepenuhnya disalahkan, karena ada andil masyarakat. Begitu drainase ditutup, air tergenang dan akhirnya merusak jalan,” pungkasnya. (cw-buk)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share