Mataram – Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mensosialisasi peluncuran program Difabel Siaga Bencana (Difaga). Program tersebut dirancang untuk memastikan kelompok penyandang disabilitas memiliki pengetahuan dalam mitigasi terjadinya bencana alam.
Program Difaga tersebut dinilai penting karena posisi NTB berada di jalur sesar aktif yang memungkinkan terjadinya bencana gempa bumi dan bencana alam lainnya. Sehingga masyarakat harus selalu dalam kondisi siaga, terutama para penyandang disabilitas.
”Bukan untuk menakut-nakuti, tapi agar kita selalu siap. Semua harus siaga, termasuk kelompok difabel,” ujar Kepala Dinas Sosial NTB, Nunung Triningsih di Aula Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU) Mandalika pada Rabu, (3/9/2025).
Kegiatan tersebut diikuti oleh 30 peserta dari berbagai organisasi penyandang disabilitas, di antaranya Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) NTB, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), dan Harsa NTB.
Nunung menjelaskan, program Difaga juga merupakan bagian dari visi NTB Inklusif yang diusung pemerintah provinsi. Prinsipnya lanjut Nunung, tidak boleh ada seorang pun yang tertinggal dalam layanan sosial maupun penanganan kebencanaan.
”Program ini sejalan dengan konsep no one left behind. Semua kelompok masyarakat harus mendapatkan pengetahuan, keterlibatan, dan perlindungan yang sama,” tandasnya.
Nunung menyebut sosialisasi yang digelar saat ini baru langkah awal. Ke depan, akan ada rangkaian kegiatan lanjutan, mulai dari pemetaan ragam disabilitas hingga pelatihan teknis bagi Taruna Siaga Bencana (Tagana) agar lebih responsif terhadap kebutuhan difabel.
”Kami akan meningkatkan kapasitas Tagana melalui bimbingan teknis dan pelatihan. Dengan begitu, pelayanan kepada penyandang disabilitas bisa lebih tepat dan menyeluruh,” jelasnya.
Kendati demikian, Nunung menyebut program tersebut tidak akan berjalan sukses tanpa ada dukungan dari instansi lainnya. Karena itu ia berharap program ini dapat melibatkan kerjasama dari organisasi perangkat daerah lainnya.
”Program ini tidak bisa hanya dijalankan Dinas Sosial. Harus ada kerja sama lintas OPD dan dukungan dari semua pihak,” sebutnya.
Lebih lanjut, Nunung menekankan bahwa kelompok difabel bukan satu-satunya yang menjadi sasaran program. Kelompok rentan lainnya seperti perempuan, anak-anak, dan lansia juga akan dilibatkan dalam kegiatan serupa.
”Harapannya, seluruh masyarakat NTB mampu menyelamatkan diri sejak dini ketika bencana terjadi. Dengan kesiapan itu, kita tidak perlu panik dan bisa mengurangi risiko kerugian,” pungkasnya. (cw-ril)
Comment